PENDAHULUAN
Dalam
kesendirian, terkadang kita menemukan kenyamanan yang tidak bisa diberikan dalam
keramaian. Di tengah perkembangan dunia yang menuntut kita untuk terus
terhubung, ada kalanya kita memilih untuk menjauh. Bukan karena membenci orang
lain, atau kehilangan arah, tetapi karena kita ingin memberikan ruang bagi diri
sendiri untuk bernapas dan memulihkan diri. Kesendirian bagi sebagian orang
merupakan sebuah kenyamanan yang absolut. Mereka merasa sendiri adalah bagian
dari zona nyaman seutuhnya dalam hidup mereka. Mereka mendambakan keseharian
yang hanya bergantung pada diri mereka sendiri, tanpa adanya keterlibatan dari
orang lain. Namun, hal ini dapat menimbulkan sifat yang tertutup bagi orang
tersebut. Mereka akan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan teman, sahabat,
atau orang terdekat bagi mereka.
Ada banyak
alasan mengapa seseorang bisa tumbuh tanpa lingkaran pertemanan yang dekat. Ada
yang sejak kecil terbiasa untuk sendiri, ada yang merasa dikhianati, bahkan
terluka oleh kenyamanan yang didapat dari orang lain. Sejak itulah, kepercayaan
menjadi nilai yang mahal. Mendekat pada orang lain terasa seperti menyiapkan
diri untuk dilukai kembali. Ada yang sering berpura-pura agar diterima, namun
ketahuilah bahwa berpura-pura itu melelahkan. Dan pada akhirnya, mereka memilih
untuk menarik diri, karena berteman terasa sangat menguras emosi dan mental
mereka.
PEMBAHASAN
Kesendirian
sering dianggap sebagai sebuah bentuk pelarian. Mulai dari masalah hingga
tanggung jawab. Namun sebenarnya tidak selalu demikian. Banyak orang memilih kesendirian
karena mereka merasa terlalu lama berada dalam keramaian yang menekan, dalam
situasi sosial yang menuntut mereka untuk terus ada, bahkan ketika hati dan
pikirannya mulai lelah. Kesendirian menjadi bentuk perlindungan diri yang
sehat. Ia bukan bentuk pelarian dari realitas, tapi menjadi ruang aman untuk
kembali terhubung dengan suara hati yang nyaris tak terdengar ketika dunia
terlalu bising.
Dalam
kesendirian, seseorang bisa kembali menjadi dirinya sendiri tanpa perlu
menjelaskan apa-apa. Tidak ada keharusan untuk tampil kuat, tidak ada
ekspektasi untuk selalu ceria, dan tidak ada tekanan untuk menjawab pertanyaan
yang tidak ingin dijawab. Kesendirian memberikan kesempatan untuk merefleksikan
diri: mengenali luka, memahami harapan, dan menentukan ulang arah hidup. Maka,
ketika seseorang memilih untuk sendiri, itu bisa jadi adalah bentuk keberanian.
Keberanian untuk menolak kebisingan yang merusak, dan memilih ketenangan yang
menyembuhkan.
Pertanyaannya
adalah “Apakah itu berarti kita ditakdirkan untuk sendiri?”
Pertanyaan
ini cukup rumit. Sebab, banyak dari kita sebenarnya bukan tidak ingin berteman,
tapi kita hanya tidak tahu bagaimana caranya, setelah terlalu lama menutup pintu
dan hidup dalam kesendirian.
Kita
bilang kita introvert, namun kita hanya menunggu orang yang tepat, padahal entah
kapan orang itu akan datang.
Kita
bilang kita nyaman sendiri, tapi sering merasa iri melihat kebersamaan orang
lain.
Kita
bilang teman itu tidak penting, tapi saat kita terjatuh, kita berharap ada
seseorang yang peduli.
Kita bisa
nyaman sendiri dan merasa bebas. Tidak perlu mengikuti tren atau hal yang kita
tidak sukai, dan tidak perlu berpura-pura paham dengan obrolan yang kita anggap
dangkal. Kita merasa tenang dengan ruang kita sendiri. Tapi di sisi lain, ada
ruang kosong saat kita melihat orang lain saling tertawa. Ada perasaan tertinggal
saat tak ada yang bisa kamu ajak bicara tanpa harus menjelaskan semuanya dari
awal. Dan kamu pun tersadar bahwa kenyamanan bisa berubah menjadi kesepian jika
terlalu lama sendiri.
Ketika kita
akhirnya berani mengambil jarak dan berdiri sendiri, dalam kesendirian yang
menenangkan itu, akan muncul keinginan sederhana, yaitu keinginan untuk
dimengerti. Kita ingin seseorang, siapa pun itu, memahami bahwa kesendirian
kita bukan tanda kelemahan atau simbol negatif, melainkan pilihan yang datang
dari proses yang panjang. Kita ingin dimengerti bukan agar orang lain masuk dan
merusak ruang personal yang kita miliki, tetapi agar mereka memahami, agar
mereka tahu bahwa diam kita bukanlah sebuah kekosongan, melainkan bentuk
keutuhan dalam ruang kosong yang sedang diisi kembali.
STUDI KASUS
Kami akan
mengambil contoh implementasi dari kasus tersebut melalui karakter Hikigaya Hachiman
dari anime Yahari Ore no Seishun Love Comedy wa Machigatteiru.
Hikigaya Hachiman
merupakan tokoh utama dalam serial anime Yahari Ore no Seishun Love Comedy wa
Machigatteiru. Hachiman merupakan seorang pemuda yang memandang dunia dengan
skeptis, terutama dalam hubungan sosial. Ia memilih mengasingkan diri dan
menghindari pertemanan karena pengalaman pahit di masa lalu. Hachiman tumbuh
menjadi pribadi yang sinis, kaku, dan cenderung sarkastik. Ia mengatakan
hal-hal tajam tentang hubungan sosial, bukan karena ia dingin, tapi karena itu
caranya bertahan. Di balik sikap sinis itu, ia menyembunyikan rasa takut untuk
kembali terluka. Ia menghindari hubungan yang dalam karena ia tahu, semakin
dekat seseorang, semakin besar potensi kecewanya.
Namun,
meskipun tampak seperti seseorang yang tidak peduli dan menikmati
kesendiriannya, Hachiman sebenarnya menyimpan perasaan kesepian yang mendalam.
Di dalam dirinya, ada keinginan untuk dimengerti, meskipun ia enggan membuka
diri kepada orang lain. Ia ingin memiliki hubungan yang tulus, tanpa berpura-pura,
tanpa basa-basi. Ia tidak membutuhkan banyak teman, hanya satu atau dua orang
yang bisa melihatnya apa adanya, dan tidak memintanya untuk menjadi orang lain.
Ia ingin diterima bukan karena pencitraan, tapi karena dirinya sendiri, dengan
segala luka dan ketidaksempurnaan yang ia miliki.
Refleksi
dari Hachiman mengajarkan bahwa memilih sendiri tidak selalu berarti ingin
sendiri selamanya. Ada luka yang belum sembuh, ada kelelahan yang masih terasa,
dan ada rasa takut yang belum reda. Tapi bukan berarti harapan untuk dimengerti
telah mati. Justru dari dalam ruang sunyi itulah, lahir kerinduan akan hubungan
yang lebih jujur dan lebih manusiawi. Dalam hal ini, Hikigaya Hachiman
menggambarkan realitas dari banyaknya orang yang merasa lebih aman dalam
kesendirian, tetapi pada saat yang sama, ada perasaan kesepian yang sulit untuk
diungkapkan. Ia adalah contoh karakter yang mengalami perdebatan antara
keinginan untuk menjaga jarak dan kebutuhan untuk dimengerti, sesuatu yang
dialami oleh banyak orang di kehidupan nyata.
PENUTUP
Kesendirian
adalah sebuah pilihan. Pilihan yang hanya kitalah yang dapat menentukannya. Namun,
tentu saja ada konsekuensi dari sebuah pilihan. Kesendirian bukanlah sesuatu
hal yang perlu ditakuti atau disalahpahami. Ia bisa menjadi ruang untuk
mengenal diri sendiri, menyembukan diri dari luka, dan membangun ulang kepercayaan
yang sempat hancur. Namun, dibalik pilihan untuk menyendiri, sering kali ada
harapan sederhana, harapan untuk dapat dimengerti tanpa harus dijelaskan dan dihargai
tanpa harus berubah.
Mungkin
kita tidak harus selalu ada dalam keramaian, atau memaksakan diri untuk berhubungan
sosial, dan segera membuka pintu bagi siapa saja. Ini hanyalah pengingat bahwa
tidak masalah untuk sendiri, dan tidak salah untuk menginginkan sebuah pengertian.
Yang terpenting adalah kejujuran terhadap diri sendiri, mengakui bahwa kita
punya alasan, tapi juga memiliki sebuah harapan. Karena pada akhirnya, setiap
orang hanya ingin satu hal sederhana yakni dimengerti.
Sebaliknya,
dari sisi orang lain, dibutuhkan empati yang besar untuk tidak langsung menarik
kesimpulan. Butuh keberanian untuk tidak memaksa masuk ke dalam ruang yang
tidak diundang, dan butuh kepekaan untuk tetap hadir meski dari kejauhan.
Dimengerti tidak selalu berarti harus dijelaskan secara panjang lebar, cukup dengan
diterima dan didengar tanpa syarat tertentu.
"Hidup
bukan hanya tentang ditunggu dan dimengerti, tetapi juga tentang belajar untuk mengerti
mereka yang merasa sendiri. Karena hal terbaik dari kesendirian adalah saat
kita tak hanya diterima, tetap juga mampu menjadi tempat pulang bagi mereka
yang bersembunyi dalam sunyi."
Terima
kasih telah membaca refleksi kami, dan seperti biasa jangan lupa bersyukur 😊.
0 Komentar